Makalah Pembangunan Berkelanjutan
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
Pengertian
Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) adalah pembangunan yang berguna untuk
memenuhi kebutuhan dalam kehidupan saat ini tanpa perlu merusak atau menurunkan
kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Pada
dasarnya konsep ini merupakan strategi pembangunan yang memberikan batasan pada
laju pemanfaatan ekosistem alamiah dan sumberdaya yang ada didalamnya.Ambang
batas ini tidak absolut (mutlak) tetapi merupakan batas yang luwes (flexible)
yang bergantung pada teknologi dan sosial ekonomi tentang pemanfaatan
sumberdaya alam, serta kemampuan biosfer dalam menerima akibat yang ditimbulkan
dari kegiatan manusia. Dengan kata lain, pembangunan berkelanjutan adalah semacam
strategi dalam pemanfaatan ekosistem alamiah dengan cara tertentu sehingga
kapasitas fungsionalnya tidak rusak untuk memberikan manfaat bagi kehidupan
umat manusia.
Selain
itu ada pula beberapa pakar yang memberikan rumusan untuk lebih menjelaskan makna dari pembangunan yang
berkelanjutan itu antara lain:
1. Emil
Salim :
Yang dimaksud dengan
pembangunan berkelanjutan atau suistainable development adalah suatu proses
pembangunan yang mengoptimalkan manfaat dari sumber daya alam sumber daya
manusia, dengan menyerasikan sumber alam dengan manusia dalam pembangunan (yayasan SPES,1992:3)
2. Ignas
Kleden :
Pembangunan
berkelanjutan di sini untuk sementara di definisikan sebagai jenis pembangunan
yang di satu pihak mengacu pada pemanfaatan sumber-sumber alam maupun sumber daya
manusia secara optimal, dan di lain pihak serta pada saat yang sama memelihara
keseimbangan optimal di antara berbagai tuntutan yang saling bertentangan
terhadap sumber daya tersebut (yayasan SPES, 1992:XV).
3. Sofyan
Effendi :
a. Pembangunan
berkelanjutan adalah suatu proses pembangunan yang pemanfaatan sumber dayanya,
arah invesinya, orientasi pengembangan teknologinya dan perubahan
kelembagaannya dilakukan secara harmonis dan dengan amat memperhatikan potensi pada
saat ini dan masa depan dalam pemenuhan kebutuhan dan masyarakat
(Wibawa,1991:14).
b. Secara
konseptual, pembangunan berkelanjutan dapat diartikan sebagai transformasi
progresif terhadap struktur sosial, ekonomi dan politik untuk meningkatkan
kepastian masyarakat Indonesia dalam memenuhi kepentingannya pada saat ini
tanpa mengorbankan kemampuan generasi mendatang untuk memnuhi kepentingan mereka)
(Wibawa,1991:26).
Dalam
menanggapi rumusan Pembangunan Berkesinambungan, Emil Salim dalam terjemahan
laporan ke dalam bahasa Indonesia mengemukakan bahwa rumusan pembangunan
terlanjutkan memuat dua konsep pokok yakni, pertama, konsep “kebutuhan”,
khususnya kebutuhan pokok kaum miskin sedunia, terhadap siapa prioritas utama
perlu diberikan; dan kedua, gagasan keterbatasan yang bersumber pada keadaan
teknologi dan organisasi sosial yang dikenakan terhadap kemampuan lingkungan
untuk memenuhi kebutuhan masa kini dan masa depan. Dengan demikian keprihatinan
kemiskinan dan ikhtiar menanggapi keterbatasan akibat keadaan teknologi dan
organisasi sosial menjadi latar belakang pembahasan masalah-masalah lingkungan
dan pembangunan (hal XXIV).
Pada
tulisannya yang lain, Emil Salim mengemukakan ada beberapa asumsi dasar serta
ide pokok yang mendasari konsep pembangunan berlanjut ini, yaitu :
-
Pertama, proses pembangunan itu mesti
berlangsung secara berlanjut, terus menerus di topang oleh sumber alam,
kualitas lingkungan dan manusia yang berkembang secara berlanjut.
-
Kedua, sumber alam terutama udara, air
dan tanah memiliki ambang batas, diatas mana penggunaannya akan menciutkan
kualitas dan kuantitasnya. Penciutan itu berarti berkurangnya kemampuan sumber
alam tersebut untuk menopang pembangunan secara berlanjut, sehingga menimbulkan
gangguan pada keserasian sumber alam dengan daya
manusia.
-
Ketiga, kualitas lingkungan berkolerasi
langsung dengan kualitas hidup. Semakin baik kualitas lingkungan, semakin
posistif pengaruhnya pada kualitas hidup, yang antara lain tercermin pada
meningkatnya kualitas fisik, pada harapan usia hidup, pada turunnya tingkat kematian
dan lain sebagainya. Oleh karena itu pembangunan berkelanjutan, supaya memberi
pengaruh positif terhadap kualitas hidup.
-
Keempat, pembangunan berkelanjutan
mengadaikan solidaritas transgenerasi, dimana pembangunan ini memungkinkan
generasi sekarang untuk meningkatkan kesejahteraannya, tanpa mengurangi kemungkinan
bagi generasi masa depan untuk meningkatkan kesejahteraannya.
B.
Hakikat
Pembangunan Berkelanjutan
Pembangunan
pada dasarnya merupakan campur tangan manusia terhadap hubungan timbal balik antara
dirinya dengan lingkungan hidupnya dalam upaya untuk pemanfaatan sumberdaya
alam bagi kepentingannya, guna meningkatkan taraf hidupnya.Pembangunan pada hakikatnya adalah perubahan lingkungan, yaitu mengurangi
resiko lingkungan atau dan memperbesar manfaat lingkungan, pembangunan
dilakukan untuk mencapai sesuatu yang lebih baik untuk masa yang akan datang,
dalam pengertian bahwa pembangunan merupakan proses ke arah kondisi yang lebih
baik.
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
pada hakekatnya tidak bisa dilepaskan dari pembangunan manusia itu sendiri. Manusia
merupakan subjek sekaligus objek pembangunan. Pembangunan berwawasan
lingkungan adalah upaya peningkatan kualitas secara bertahap dengan
memperhatikan faktor lingkungan.Pembangunan berwawasan lingkungan dikenal
dengan pembangunan berkelanjutan.
Dalam pelaksanannya,
pembangunan harus diatur agar tidak mengganggu unsur-unsur lingkungan hidup. Pengelolaan lingkungan
hidup merupakan upaya terpadu dalam pemanfaatan, penataan, pemeliharaan,
pengawasan, pengendalian, pemulihan dan pengembangan lingkungan hidup. Pembangunan harus berwawasan lingkungan, yaitu
dengan upaya sadar dan terencana menggunakan dan mengelola sumber daya secara
bijaksana yang berkesinambungan untuk meningkatkan mutu kehidupan.
Pembangunan berkelanjutan mencakup sinergi tiga
aspek yaitu, ekonomi, sosial dan budaya didalam pembangunan. Aspek sosial,
maksudnya pembangunan yang berdimensi pada manusia dalam hal interaksi,
interelasi dan interdependesi. Aspek ekonomi, Suatu cara pandang mengenai
kegiatan yang dilakukan secara sistematis dan terencana dalam kerangka
peningkatan kesejahteraan, kualitas kehidupan dan lingkungan umat manusia tanpa
mengurangi akses dan kesempatan kepada generasi yang akan datang untuk
menikmati dan memafaatkannya. Aspek budaya yaitu pembangunan
berkelanjutan juga untuk menjaga keberlangsungan budaya. Pengakuan dan
perawatan keanekaragaman budaya yang akan mendorong perlakuan yang merata
terhadap tradisi berbagai masyarakat dapat lebih dimengerti oleh masyarakat.
C. Ciri-ciri Pembangunan
Berkelanjutan
a.
Dilakukan secara merata dan adil
Maksudnya adalah adil pada lahan lahan
yang ada di seluruh wilayah, semua orang berhak atau berkesempatan untuk ikut
berpartisipasi dalam pembangunan berkelanjutan ini tanpa dibeda – beda kan
serta harus merata dan adil demi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Menjamin pemerataan dan keadilan, yaitu generasi
mendatang memanfaatkan dan melestarikan sumber daya alam sehingga
berkelanjutan.
b.
Memelihara keanekaragaman hayati yang
ada
Pembangunan berkelanjutan harus tetap
memperhatikan keanekaragaman hayati. Menghargai dan melestarikan keanekaragaman
hayati, spesies, habitat, dan ekosistem agar tercipta keseimbangan lingkungan.
c.
Menggunakan pendekatan integratif
Dalam melaksanakan pembangunan
berkelanjutan harus menggunakan pendekatan integratif. Hal ini bertujuan
menciptakan keterkaitan yang kompleks antara manusia dengan lingkungan agar
lingkungan tetap terjaga.
d.
Bersifat jangka panjang
Pembangunan berkelanjutan merupakan
suatu rencana yang bersifat jangka panjang. Karena pembangunan berkelanjutan
ini dimungkinkan untuk mengelola dan memanfaatkan sumber daya yang ada
dengan bijaksana atau harus bermanfaat pada masa sekarang dan masa
mendatang.
e.
Memenuhi kebutuhan masa sekarang tanpa
membahayakan pemenuhan kebutuhan generasi mendatang dan mengaitkan bahwa
pembangunan ekonomi harus seimbang dengan konservasi lingkungan.
f.
Pembangunan yang dilaksanakan tidak
terjadi atau mampu meminimalkan kerusakan dan pencemaran lingkungan,
memperhatikan antara lingkungan fisik dan lingkungan sosialnya
g.
Pembangunan yang dilaksanakan mendasar
pada nilai – nilai kemanusiaan serta memperhatikan moral atau nilai yang di
anut dalam masyarakat. Pembangunan yang dilaksanakan mampu memperluas lapangan
dan kesempatan kerja
h.
Pembangunan yang dilaksanakan harus
memiliki sifat fundamental dan ideal serta berjangka pendek dan panjang.
Pembangunan yang dilaksanakan harus berpedoman untuk selalu mempertahankan
stabilitas ekonomi, politik, sosial budaya dan keamanan nasional.
D. Tujuan Pembangunan
Berkelanjutan
Tujuan Pembangunan Berkelanjutan
atau dalam bahasa Inggris dikenal sebagai Sustainable Development Goals
disingkat dengan SDGs adalah 17 tujuan dengan 169 capaian yang terukur
dan tenggat yang telah ditentukan oleh PBB sebagai agenda dunia
pembangunan untuk kemaslahatan manusia dan planet bumi. Tujuan ini
dicanangkan bersama oleh negara-negara lintas pemerintahan pada resolusi PBB
yang diterbitkan pada 21 Oktober 2015 sebagai ambisi pembangunan bersama hingga
tahun 2030. Tujuan ini merupakan kelanjutan atau pengganti dari Tujuan
Pembangunan Milenium yang ditandatangani oleh pemimpin-pemimpin dari
189 negara sebagai Deklarasi Milenium di markas besar PBB pada tahun 2000 dan
tidak berlaku lagi sejak akhir 2015.
Pada bulan
Agustus 2015, 193 negara menyepakati 17 tujuan berikut ini:
Ø Tujuan
1 - Tanpa kemiskinan
Pengentasan
segala bentuk kemiskinan di semua
tempat.
Ø Tujuan
2 - Tanpa kelaparan
Mengakhiri
kelaparan, mencapai ketahanan pangan dan perbaikan nutrisi, serta menggalakkan pertanian yang
berkelanjutan.
Ø Tujuan
3 - Kehidupan sehat dan sejahtera
Menggalakkan
hidup sehat dan mendukung kesejahteraan untuk
semua usia.
Ø Tujuan
4 - Pendidikan berkualitas
Memastikan
pendidikan berkualitas yang layak dan inklusif serta mendorong kesempatan
belajar seumur hidup bagi semua orang
Ø Tujuan
5 - Kesetaraan gender
Ø Tujuan
6 - Air bersih dan sanitasi layak
Menjamin
akses atas air dan sanitasi untuk semua.
Ø Tujuan
7 - Energi bersih dan terjangkau
Memastikan
akses pada energi yang terjangkau, bisa diandalkan, berkelanjutan dan modern
untuk semua.
Ø Tujuan
8 - Pekerjaan layak dan pertumbuhan ekonomi
Mempromosikan
pertumbuhan ekonomi berkelanjutan dan inklusif, lapangan pekerjaan dan
pekerjaan yang layak untuk semua.
Ø Tujuan
9 - Industri, inovasi dan infrastruktur
Membangun
infrastruktur kuat, mempromosikan industrialisasi berkelanjutan dan mendorong
inovasi.
Ø Tujuan
10 - Berkurangnya kesenjangan
Mengurangi
kesenjangan di dalam dan di antara negara-negara.
Ø Tujuan
11 - Kota dan komunitas berkelanjutan
Membuat
perkotaan menjadi inklusif, aman, kuat, dan berkelanjutan.
Ø Tujuan
12 - Konsumsi dan produksi yang bertanggung jawab
Memastikan
pola konsumsi dan produksi yang berkelanjutan
Ø Tujuan
13 - Penanganan perubahan iklim
Mengambil
langkah penting untuk melawan perubahan iklim dan dampaknya.
Ø Tujuan
14 - Ekosistem laut
Pelindungan
dan penggunaan samudera, laut dan sumber daya kelautan secara berkelanjutan
Ø Tujuan
15 - Ekosistem daratan
Mengelola
hutan secara berkelanjutan, melawan perubahan lahan menjadi gurun, menghentikan
dan merehabilitasi kerusakan lahan, menghentikan kepunahan keanekaragaman
hayati.
Ø Tujuan
16 - Perdamaian, keadilan dan kelembagaan yang tangguh
Mendorong
masyarakat adil, damai, dan inklusif
Ø Tujuan
17 - Kemitraan untuk mencapai tujuan
Menghidupkan
kembali kemitraan global demi pembangunan berkelanjutan.
E.
Indikator
Keberhasilan Pembangunan Berkelanjutan
Indikator penggunaan dan variabel pembangunan bisa
berbeda untuk setiap Negara. Di Negara-negara yang masih miskin, ukuran
kemajuan dan pembangunan mungkin masih sekitar kebutuhan-kebutuhan dasar
seperti listrik masuk desa, layanan kesehatan pedesaan, dan harga makanan pokok
yang rendah. Sebaliknya, di Negara-negara yang telah dapat memenuhi kebutuhan
tersebut, indikator pembangunan akan bergeser kepada faktor –
faktor sekunder dan tersier
Sejumlah indikator ekonomi yang dapat digunakan oleh
lembaga-lembaga internasional antara lain :
1. Pendapatan
Perkapita
per kapita, baik dalam ukuran GNP maupun GDP. Indikator
ini merupakan bagian kesejahteraan manusia yang dapat diukur, sehingga dapat
menggambarkan kesejahteraan dan kemakmuran masyarakattermasuk pemerataan akses
terhadap sumber daya ekonomi.
2.
Struktur Ekonomi
Telah menjadi asumsi bahwa peningkatan pendapatan per kapita akan
mencerminkan transformasi struktural dalam bidang ekonomi dan kelas-kelas
sosial. Perkembangan sektor industri dan perbaikan tingkat upah akan
meningkatkan permintaan atas barang-barang industri, yang akan diikuti oleh
perkembangan investasi dan perluasan tenaga kerja.
3.
Urbanisasi
Urbanisasi dapat diartikan sebagai meningkatnya proporsi penduduk
yang bermukim di wilayah perkotaan dibandingkan dengan di pedesaan.Di
Negara-negara industri, sebagain besar penduduk tinggal di wilayah perkotaan,
sedangkan di Negara-negara yang sedang berkembang proporsi terbesar tinggal di
wilayah pedesaan.Berdasarkan fenomena ini, urbanisasi digunakan sebagai salah
satu indikator pembangunan.
4.
Angka Tabungan
Perkembangan sector manufaktur/industry selama tahap industrialisasi
memerlukan investasi dan modal.Dalam masyarakat yang memiliki
produktivitas tinggi, modal usaha ini dapat dihimpun melalui tabungan, baik
swasta maupun pemerintah.
5.
Indeks Kualitas Hidup
IKH atau Physical Qualty of life Index digunakan
untuk mengukur kesejahteraan dan kemakmuran masyarakat. Indeks ini dihitung
berdasarkan kepada :
1) Angka
rata-rata harapan hidup,
2) Angka
kematian bayi,
3) Angka
melek huruf.
Dalam indeks ini, angka rata-rata harapan hidup dan kematian bayi
akan dapat menggambarkan status gizi anak dan ibu, derajat kesehatan, dan
lingkungan keluarga yang langsung beasosiasi dengan kesejahteraan keluarga.
Pendidikan yang diukur dengan angka melek huruf, dapat menggambarkan jumlah
orang yang memperoleh akses pendidikan sebagai hasil pembangunan.Olehkarena
itu, indeks ini dianggap sebagai yang paling baik untuk mengukur kualitas
manusia sebagai hasil dari pembangunan.
6.
Indeks Pembangunan Manusia (Human Development Index)
Ide dasar yang melandasi dibuatnya indeks ini adalah pentingnya
memperhatikan kualitas sumber daya manusia.Pembangunan hendaknya ditujukan
kepada pengembangan SDM.
7.
Pertumbuhan Ekonomi
Pertumbuhan ekonomi dianggap sebagai factor penting
dalam kehidupan manusia, Indeks ini dibuat dengagn mengkombinasikan tiga
komponen, (1) rata-rata harapan hidup pada saat lahir, (2) rata-rata pencapaian
pendidikan tingkat SD, SMP, dan SMU, (3) pendapatan per kapita.Pengembangan
manusia berkaitan erat dengan peningkatan kapabilitas manusia yang dapat
dirangkum dalam peningkatan knowledge, attitudedan skills, disamping derajat kesehatan seluruh anggota
keluarga dan lingkungannya.
F. Hambatan dalam Pembangunan Berkelanjutan
1. Masalah kependudukan
Permasalahan Penduduk (Kuantitas dan
Kualitas) : Suatu pembangunan dapat berhasil jika didukung oleh subjek
pembangunan, yakni penduduk yang memiliki kualitas dan kuantitas yang memadai.
a.
Permasalahan kuantitas penduduk di
Indonesia :
Jumlah penduduk di Indonesia berada pada urutan keempat terbesar setelah
Cina, India, dan Amerika Serikat.Permasalahan dalam kepadatan penduduk adalah
persebarannya yang tidak merata. Susunan penduduk memberikan konsekuensi
terhadap hal-hal berikut : Penyediaan fasilitas kesehatan, Penyediaan fasilitas
pendidikan bagi anak usia sekolah, Penyediaan lapangan pekerjaan bagi penduduk
kerja dan penyediaan fasilitas sosial lainnya yang mendukung perkembangan
penduduk usia muda.
b.
Permasalahan Kualitas Penduduk di
Indonesia
Ø Tingkat Kesehatan : Kondisi kesehatan di Indonesia masih belum ada
kemajuan. Dibandingkan dengan Negara yang lain Indonesia masih tertinggal jauh.
Kondisi demikian terjadi karena masih rendahnya pelayanan kesehatan.Pelayanan
kesehatan yang ada masih belum memenuhi kebutuhan seluruh penduduk.
Ø Tingkat pendidikan : Kemajuan pendidikan di Indonesia dapat dilihat dari
lama sekolah dan tingkat melek huruf penduduk. Lama sekolah penduduk Indonesia
masih tergolong rendah. Artinya, tingkat pendidikan masyarakat Indonesia
rata-rata masih berada pada taraf pendidikan dasar.Tingkat melek huruf yaitu
seseorang dikatakan melek huruf jika orang tersebut dapat membaca atau tidak
buta huruf.Kemajuan tingkat melek huruf di Indonesia tergolong rendah.
Ø Tingkat Pendapatan per Kapita adalah rata-rata pendapatan penduduk suatu
Negara dalam satu tahun. Pendapatan perkapita secara umum menggambarkan
kemakmuran suatu Negara.
Dampak Permasalahan Penduduk Terhadap Pembangunan antara lain
“Ketidakmerataan penduduk menyebabkan tidak meratanya pembangunan ekonomi di
seluruh wilayah Indonesia. Hal ini menyebabkan masih terdapatnya daerah
tertinggal, terutama daerah-daerah pedalaman yang jauh dari pusat kota.
ü Ledakan penduduk akibat angka kelahiran yang tinggi menyebabkan semakin
tingginya kebutuhan penduduk akan perumahan, bahan pangan, dan kebutuhan
tersier lainnya.
ü Ledakan penduduk juga mengakibakan angka beban ketergantungan menjadi
lebih tinggi. Hal ini disebabkan angka usia non produktif lebih besar daripada
usia produktif.
ü Arus urbanisasi yang tidak diimbangi dengan pendidikan dan ketrampilan
yang cukup menimbulkan masalah pengangguran, kriminalitas, prostitusi,
munculnya daerah kumuh, dan kemiskinan di daerah perkotaan. Hal tersebut dapat
menghambat pembangunan, baik di daerah pedesaan (daerah asal) maupun daerah
perkotaan (tujuan)
ü Timbulnya berbagai masalah kerusakan lingkungan akibat pertambahan
penduduk manusia.
ü Masalah kemacetan lalu lintas dapat mengurangi arus mobilitas penduduk,
barang, dan jasa yang akan berakibat pada terhambatnya perkembangan ekonomi
penduduk.
2.
Masalah kemiskinan
Kemiskinan merupakan salah satu contoh
ketidakadilan yang dialami suatu kelompok (masyarakat pra sejahtera).
Ketidakadilan itu terlihat dari tidak terpenuhinya kebutuhan-kebutuhan mereka
untuk bertahan hidup dalam kesehatan yang baik, sulitnya mendapat akses ke
pelayanan publik (sanitasi sehat, air bersih, pengelolaan sampah ) rumah sehat,
pelayanan pendidikan dan sebagainya. Ketidakadilan juga terlihat dari tidak
adanya akses kepemilikan hak atas tanah yang mereka huni. Sebagai akibat
itu semua, sulit bagi mereka untuk mendapat akses ke pekerjaan yang baik dan
stabil. Ketidakadilan itu menyebabkan masyarakat miskin tetap miskin dan
mengancam proses pembangunan yang berkelanjutan. Kerusakan lingkungan, kondisi
permukiman buruk atau kumuh dalam suatu kawasan memperlihatkan bahwa kawasan
tersebut sedang dalam proses tidak berkelanjutan.
Saat ini masalah kemiskinan merupakan
masalah mendesak yang dihadapi di Indonesia. Yang paling mudah dan terlihat
jelas dari wajah kemiskinan adalah kondisi jutaan penduduk yang
tinggal di permukiman kumuh dan liar. Kondisi kekumuhan ini menunjukkan
seriusnya permasalahan sosial ekonomi, poltik, dan lingkungan yang
bermuara pada kondisi kemiskinan.
3.
Masalah kualitas lingkungan hidup
Pembangunan dilakukan untuk meningkatkan
kesejahteraan dan mutu hidup manusia. Di lain pihak, pembangunan yang makin
meningkat akan memberikan dampak negatif, berupa resiko pencemaran dan
perusakan lingkungan hidup, yang mengakibatkan rusaknya struktur dan fungsi
dasar ekosistem yang menjadi penunjang kehidupan. Kerusakan ini pada akhirnya
akan menjadi beban yang malah menurunkan mutu hidup manusia, sehingga apa yang
menjadi tujuan pembangunan akan sia-sia.
Permasalahan ketersediaan tanah sebagai
lahan hijau sangat terbatas.Selain harga tanah yang mahal, juga kurangnya
penghargaan bagi pemilik tanah terlantar untuk dimanfaatkan sebagai lahan
terbuka hijau.Penggunaan ruang terbuka hijau mulanya diawali dengan tumbuhnya
perumahan liar yang semakin luas dan sulit dikendalikan, yang selanjutnya
menimbulkan terbentuknya kawasan kumuh.Apalagi para penghuni tersebut dikenakan
pajak tidak resmi sehingga mereka merasakan seolah mendapatkan legalitas untuk
tinggal di tempat tersebut. Begitu juga, disisi lain factor golongan
berpendapatan rendah dan kurangnya tingkat pendidikan, mendorong mereka untuk
menduduki lahan ruang terbuka hijau. Seperti pemanfaatan tepian tepian bantaran
sungai dan tepian jalur kereta api sebagai tempat tinggal.
4. Masalah Keamanan dan Ketertiban
Permasalahan ini diperberat dengan
masalah ketertiban karena tidak disiplinnya masyarakat. Hal ini tercermin
dengan jelas antara lain dalam disiplin berlalu lintas. Saat ini juga semakin
sering terjadi demonstrasi yang dilakukan oleh masyarakat terhadap
kebijakan-kebijakan pembangunan yang dijalankan oleh pemerintah, terutama di
kota-kota besar. Hal ini dapat terjadi karena berbagai hal seperti tidak adanya
sosialisasi dari pemerintah, kurangnya pelibatan partisipasi masyarakat dalam
pembangunan, kurangnya pemamhaman akan hak-hak dan tanggung jawab masyarakta
dalam pembangunan dan lain sebagainaya.
G. Pembangunan Berkelanjutan
dalam Pengelolaan Sumber Daya Alam di Indonesia
Dalam gambaran tentang
kondisi umum mengenai pengelolaan sumber daya alam dan lingkungan hidup Tap
IV/MPR/1999 tentang GBHN tahun 1999-2004
menentukan : konsep pembangunan berkelanjutan telah diletakkan sebagai
kebijakan, namun dalam pengalaman praktek selama ini, justru terjadi
pengelolaan sumber daya alam yang tidak terkendali dengan akibat perusakan lingkungan
yang mengganggu pelestarian alam; ungkapan ini menunjukkan adanya pengakuan
dari lembaga tertinggi negara kita tentang masih belum terlaksananya
pembangunan yang berkelanjutan dalam pengelolaan sumber daya alam”
Hal senada dapat juga
dilihat dalam konsideran Tap IX/MPR/2001 yang menyatakan bahwa pengelolaan
sumber daya agraria/ sumber daya alam yang berlangsung selama ini telah
menimbulkan penurunan kualitas lingkungan, ketimpangan strukutur penguasaan,
pemilikan, penggunaan dan pemanfaatannya serta menimbulkan berbagai konflik.
Kemudian disebutkan pula bahwa peraturan perundang-undangan yang berkaitan
dengan pengelolaan sumber daya agraria atau sumber daya alam saling tumpang
tindih dan bertentangan.
Persoalan ini bukan
hanya dihadapi di Indonesia akan tetapi juga berlaku secara global dan proses
globalisasi itu sendirilah sebenarnya yang memperlemah pelaksanaan pembangunan
berkelanjutan, seperti yang dikatakan oleh Martin Khor bahwa dalam
penjelasanya, proses globalisasi telah semakin mendapat kekuatan, dan proses
tersebut telah dan akan semakin menenggelamkan agenda pembangunan yang
berkelanjutan (Khor, 2002 :56)/
Dalam tulisannya,
Sonny keraf menyebutkan ada dua penyebab kegagalan penerapan konsep pembangunan
yang berkelanjutan. Menurut pendapatnya salah satu sebab dari kegagalan
mengimplementasikan paradigma tersebut adalah, paradigma tersebut kurang
dipahami sebagai memuat prinsip-prinsip kerja yang menentukan dan menjiwai
seluruh proses pembangunan. Paradigma ini tidak dipahami sebagai bentuk prinsip
pokok politik pembangunan itu sendiri. Pada akhir cita-cita yang dituju dan
ingin diwujudkan dibalik paradigma tersebut tidak tercapai. Karena, prinsip
politik pembangunan yang seharusnya menuntut pemerintah dan semua pihak lainnya
dalam rancang dan mengimplementasikan pembangunan tidak dipatuhi dengan kata
lain, paradigma pembangunan berkelanjutan harus dipahami sebagai etika politik
pembangunan, yaitu sebuah komitmen moral tentang bagaimana seharusnya
pembangunan itu diorganisir dan dilaksanakan untuk mencapai tujuan. Dalam
kaitan dengan itu, paradigma pembangunan berkelanjutan bukti sebuah konsep
tentang pembangunan lingkungan hidup. Paradigma pembangunan berkelanjutan juga
bukan tentang pembangunan ekonomi. Ini sebuah etika politik pembangunan
mengenai pembangunan secara keseluruhan dan bagaimana pembangunan itu
seharusnya dijalankan. Dalam arti ini,
selama paradigma pembangunan berkelanjutan tersebut tidak dipahami, atau
dipahami secara luas, cita-cita moral yang terkandung di dalamnya tidak akan
terwujud (Keraf, 2002 : 176).
Alasan kedua, menurut
Sonny Keraf mengapa paradigma itu tidak jalan, khususnya mengapa krisis ekologi
tetap saja terjadi, karena paradigma tersebut kembali menegaskan ideologi
developmentalisme. Apa yang dicapai di KTT Bumi di Rio de Janeiro sepuluh tahun
lalu, tidak lain adalah sebuah kompromi mengusulkan kembali pembangunan, dengan
fokus utama berupa pertumbuhan ekonomi. Akibatnya, selama sepuluh tahun
terakhir ini, tidak banyak perubahan yang dialami semua negara di dunia dalam
rangka mengoreksi pembangunan ekonominya yang tetap saja sama, yaitu penguasaan
dan eksploitasi sumber daya alam dengan segala dampak negatifnya bagi
lingkungan hidup, baik kerusakan sumber daya alam maupun pencemaran lingkungan
hidup (Keraf, 2002 :167-168).
Sekalipun pembangunan
berkelanjutan berada pada suatu titik terendah, menurut Martin Khor, namun
muncul juga tanda kebangkitannya kembali sebagai suatu paradigma. Keterbatasan
dan kegagalan globalisasi telah menyebabkan munculnya reaksi negatif dari
sebagian masyarakat yang pada akhirnya mungkin akan berdampak pada terjadinya
perubahan sejumlah kebijakan. Dengan munculnya kekuatan pro pembangunan
berkelanjutan dalam pemerintahan di negara-negara sedang berkembang (NSB)
mereka menjadi lebih sadar akan hak-hak
dan tanggungjawab untuk meralat berbagai persoalan yang ada pada saat ini
termasuk mengubah sejumlah peraturan dalam WTO. World Summit On Sustainable
Development - WSSD (Konferensi Dunia tentang Pembangunan Berkelanjutan)
memberikan kesempatan yang bagus untuk memusatkan kembali perhatian masyarakat maupun upaya-upaya pemantapan,
bukan semata-mata mengenai persoalan itu, melainkan juga kebutuhan untuk menggeser
paradigma-paradigma (Khor, 2003 : 6).
Dalam kaitannya dengan
pelaksanaan pembangunan berkelanjutan di Indonesia patut di catat penilaian
dari D. Pearce & G Atkinson dalam tulisanya “A Measure of Sustainable
Development” (Ecodecision, 1993 : 65) sebagaimana dikutip oleh Soerjani,. Dua penulis ini
menilai pembangunan Indonesia dinilai masih belum sustainable. Hal ini dengan
alasan bahwa depresiasi sumber daya alam Indonesia besarnya adalah 17% dari
GDB, sedangkan invesmennya hanya 15 %. Pembangunan itu baru dinilai sustainable
dalam memanfaatkan sumber daya alam itu melalui rekayasa teknologi dan seni,
sehingga kalau yang kita konsumsi nilai tambahnya, sangat mungkin dapat
ditabung untuk invesment senilai 17% atau bahkan lebih. Jadi jelas bahwa kemampuan
sumber daya manusia untuk memberi “nilai tambah” sumber daya pendukung
pembangunan melalui penerapan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni merupakan
kunci apakah pembangunan yang dilaksanakan itu “sustainable” berkelanjutan,
berkesinambungan atau tidak (Soerjani,1997 :66-67)
Dengan demikian
sekalipun secara formal sudah jelas pembangunan yang dilaksanakan di Indonesia
harus berupa Pembangunan Berkelanjutan dan Berwawasan Lingkungan Hidup tetapi
masih baru berupa das solen dan melalui perangkat hukum diharapkan dapat
diwujudkan pada tataran das sein. Namun keberhasilan ini masih tergantung pada
banyak faktor, selain faktor yang bersifat yuridis, juga politis dan budaya
termasuk kondisi sumber daya manusia yang menjadi pelaksanaanya.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Pembangunan
berkelanjutan (sustainable development) adalah pembangunan yang berguna untuk
memenuhi kebutuhan dalam kehidupan saat ini tanpa perlu merusak atau menurunkan
kemampuan generasi yang akan datang dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. Dengan
kata lain, pembangunan berkelanjutan adalah semacam strategi dalam pemanfaatan
ekosistem alamiah dengan cara tertentu sehingga kapasitas fungsionalnya tidak
rusak untuk memberikan manfaat bagi kehidupan umat manusia.
Pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan
pada hakekatnya tidak bisa dilepaskan dari pembangunan manusia itu sendiri. Manusia
merupakan subjek sekaligus objek pembangunan. Pembangunan berwawasan
lingkungan adalah upaya peningkatan kualitas secara bertahap dengan
memperhatikan faktor lingkungan.Pembangunan berwawasan lingkungan dikenal
dengan pembangunan Berkelanjutan.
Dalam pelaksanannya,
pembangunan harus diatur agar tidak mengganggu unsur-unsur lingkungan hidup.
Pembangunan harus berwawasan lingkungan, yaitu dengan upaya sadar dan terencana
menggunakan dan mengelola sumber daya secara bijaksana yang berkesinambungan
untuk meningkatkan mutu kehidupan.
Indikator penggunaan dan variabel
pembangunan bisa berbeda untuk setiap Negara. Di Negara-negara yang masih
miskin, ukuran kemajuan dan pembangunan mungkin masih sekitar
kebutuhan-kebutuhan dasar seperti listrik masuk desa, layanan kesehatan
pedesaan, dan harga makanan pokok yang rendah. Sebaliknya, di Negara-negara
yang telah dapat memenuhi kebutuhan tersebut, indikator pembangunan akan bergeser
kepada faktor – faktor sekunder dan tersier. Indikator keberhasilan
dalam pembangunan yang biasa digunakan oleh Lembaga-lembaga Internasional
diantaranya; pendapatan perkapita, struktur ekonomi, urbanisasi, angka
tabungan, indeks kualitas hidup dan indeks pembangunan manusia.
Sedangkan hambatan yang dihadapi
dalam pembangunan meliputi; masalah kependudukan, kemiskinan, kualitas
lingkungan hidup serta masalah keamanan dan ketertiban.
B.
Saran
Dari makalah kami yang singkat ini mudah-mudahan dapat
bermanfaat bagi kita semua umumnya kami pribadi. Yang baik datangnya dari
Allah, dan yang buruk datangnya dari kami. Dan kami sadar bahwa makalah kami
ini jauh dari kata sempurna, masih banyak kesalahan dari berbagai sisi, jadi
kami harafkan saran dan kritik nya yang bersifat membangun, untuk perbaikan
makalah-makalah selanjutnya.
DAFTAR
PUSTAKA
Referensi Buku
Muljarijadi,
Bagdja. Pembangunan Ekonomi Wilayah:
Pendekatan Analisis Tabel
Input-Output. Bandung:
UNPAD PRESS, 2011
Sunggono,
Bambang. Hukum, Dinamika Kependudukan. Bandung:
PT Citra Aditya, 1994.
Soerjani,
Mohammad. Pendidikan Lingkungan:
Penjabaran Prilaku Sejak Dini di Alam raya.
Jakarta,
2007
Referensi internet
Indrayani, Nur. “Makalah Geografi
Pembangunan Berkelanjutan”. 24 September 2016.
Silv, Viani. “Perekonomian
Indonesia-Pembangunan Berkelanjutan”. 08 Maret 2016.
Sulistiani, Wiwin. “Makalah
Pembangunan Berkelanjutan”. 03 Juni 2014.
izin copas ya hehe
BalasHapusSilahkan. Semoga bermanfaat 🙏 Dan jangan lupa sertakan sumbernya🙂
BalasHapusLas Vegas Casino and Hotel - Mapyro
BalasHapusLas Vegas Casino and 울산광역 출장안마 Hotel in Las Vegas, NV 89109 - Use 경상남도 출장샵 this 의정부 출장샵 simple 남양주 출장마사지 form to find hotels, motels, and other lodging near 제천 출장마사지 the Las Vegas Strip.